Thursday, April 19, 2007

Membeli waktu

Steven adalah seorang karyawan peerusaahan yang
cukup terkenal di Jakarta, memiliki dua putra. Putra
pertama baru berusia 6 tahun bernama Leo dan putra
ke dua berusia dua tahun bernama Kristian. Seperti
biasa jam 21.00 Steven sampai di rumahnya di salah
satu sudut Jakarta, setelah seharian penuh bekeja di
kantornya. Dalam keremangan lampu halaman rumahnya
dia melihat Leo putra pertamanya di temani bik Yati
pembantunya menyambut digerbang rumah.

"Kok belum tidur Leo?" sapa Steven sambil mencium
anaknya. Biasanya Leo sudah tider ketika Steven
pulang dari kantor dan baru bangun menjelang Steven
berangkat ke kantor keesokan harinya.

"Leo menunggu Papa pulang, Leo mau tanya, gaji Papa
itu berapa sih Pa?" kata Leo sambil membuntuti
papanya.

"Ada apa nih kok tanya gaji papa segala?"

"Leo Cuma pingin tahu aja kok Pah?

"Baiklah coba Leo hitung sendiri ya. Kerja papa
sehari di gaji Rp 600.000,-, nah selama sebulan
rata-rata dihitung 25 hari kerja. Nah berapa gaji
papa sebulan?"

"Sehari Papa kerja berapa jam Pa?" tanya Leo lebih
lanjut.

"Sehari papa kerja 10 jam Leo, nah hitung sana, Papa
mau melepas sepatu dulu."

Leo berlari ke meja belajarnya dan sibuk
mencoret-coret dalam kertasnya menghitung gaji
papanya. Sementara Steven melepas sepatu dan meminum
teh hangat buatan istri tercintanya.

"Kalau begitu, satu bulan Papa di gaji Rp
1.500.000,-, ya Pah? Dan satu jam papa di gaji Rp.
60.000,-." Kata Leo setelah mencorat-coret sebentar
dalam kertasnya sambil membuntuti Steven yang
beranjak menuju kamarnya.

"Nah, pinter kamu Leo. Sekarang Leo cuci kaki lalu
bobok." Perintah Steven, namun Leo masih saja
membuntuti Steven sambil terus memandang papanya
yang benrganti pakaian.

"Pah, boleh tidak Leo pinjam uang Papa Rp. 5.000,-
saja?" tanya Leo dengan hati-hati sambil menundukkan
kepalanya.

"Sudahlah Leo, nggak usah macam-macam, untuk apa
minta uang malam-malam begini. Kalau mau uang besok
saja, Papa kan capek mau mandi dulu. Sekarang Leo
tidur supaya besok tidak terlambat ke sekolah!"

"Tapi Pah.."

"Leooo!! Papa bilang tidur!"bentak Steven
mengejutkan Leo.

Segera Leo beranjak menuju kamarnya. Setelah mandi
Steven menengok kamar anaknya dan menjumpai Leo
belum tidur. Leo sedang terisak pelan sambil
memegangi sejumlah uang. Steven nampak menyesal
dengan bentakannya. Dipegangnyalah kepala Leo pelan
dan berkata:
"Maafkan Papa ya nak. Papa sayang sekali pada Leo."
ditatapnya Leo anaknya dengan penuh kasih sambil
ikut berbaring di sampingnya.

"Nah katakana pada Papa, untuk apa sih perlu uang
malam-malam begini. Besok kan bisa, jangankan Rp.
5.000,-, lebih banyak dari itupun akan Papa kasih."

"Leo nggak minta uang Papa kok, Leo cuma mau pinjam.
Nanti akan Leo kembalikan, kalau Leo udah menabung
lagi dari uang jajan Leo."

"Iya, tapi untuk apa Leo?" tanya Steven dengan lembut.

"Leo udah menunggu Papa dari sore tadi, Leo nggak
mau tidur sebelum ketemu Papa. Leo pingin ngajak
Papa main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu
sering bilang bahwa waktu papa berharga. Jadi Leo
ingin beli waktu Papa."

"Lalu." tanya Steven penuh perhatian dan kelihatan
belum mengerti.

"Tadi Leo membuka tabungan, ada Rp 25.000,-. Tapi
karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp.
60.000,-, maka untuk setengah jam berarti Rp.
30.000,-. Uang tabungan Leo kurang Rp. 5.000,-. Maka
Leo ingin pinjam pada Papa. Leo ingin membeli waktu
Papa setengah jam saja, untuk menemani Leo main ular
tangga. Leo rindu pada Papa." Kata Leo polos dengan
masih menyisakan isakannya yang tertahan.

"Steven terdiam, dan kehilangan kata-kata. Bocah
kecil itu dipeluknya erat-erat, bocah kecil yang
menyadarkan bahwa cinta bukan hanya sekedar ungkapan
kata-kata belaka namun berupa ungkapan perhatian dan
kepedulian.

Menikah

Benarkah menikah didasari oleh kecocokan?
Kalau dua-duanya suka musik, berarti ada gejala bisa langgeng.. Kalau sama-sama suka sop buntut berarti masa depan cerah...(That simple?..... ...)

Berbeda dengan sepasang sandal yang hanya punya aspek kiri dan kanan, menikah adalah persatuan dua manusia, pria dan wanita.

Dari anatomi saja sudah tidak sebangun, apalagi urusan jiwa dan hatinya.

Kecocokan, minat dan latar belakang keluarga bukan jaminan segalanya akan lancar.. Lalu apa? MENIKAH adalah proses pendewasaan.
Dan untuk memasukinya diperlukan pelaku yang kuat dan berani. Berani
menghadapi masalah yang akan terjadi dan punya kekuatan untuk menemukan jalan keluarnya.

Kedengarannya sih indah, tapi kenyataannya?
Harus ada 'Komunikasi Dua Arah', 'Ada kerelaan mendengar kritik', 'Ada keikhlasan meminta maaf', 'Ada ketulusan melupakan kesalahan,dan Keberanian untuk mengemukakan pendapat'.

Sekali lagi MENIKAH bukanlah upacara yang diramaikan gending cinta, bukan rancangan gaun pengantin ala cinderella, apalagi rangkaian mobil undangan yang memacetkan jalan.

MENIKAH adalah berani memutuskan untuk berlabuh, ketika ribuan kapal pesiar yang gemerlap memanggil-manggil

MENIKAH adalah proses penggabungan dua orang berkepala batu dalam satu ruangan dimana kemesraan, ciuman, dan pelukan yang berkepanjangan hanyalah bunga.

Masalahnya bukanlah menikah dengan anak siapa, yang hartanya berapa, bukanlah rangkaian bunga mawar yang jumlahnya ratusan, bukanlah perencanaan berbulan-bulan yang akhirnya membuat
keluarga saling tersinggung, apalagi kegemaran minum kopi yang sama...

MENIKAH adalah proses pengenalan diri sendiri maupun pasangan anda.
Tanpa mengenali diri sendiri, bagaimana anda bisa memahami oranglain... ?? Tanpa bisa memperhatikan diri sendiri, bagaimana anda bisa memperhatikan pasangan hidup...??

MENIKAH sangat membutuhkan keberanian tingkat tinggi, toleransi sedalam samudra,serta jiwa besar untuk 'Menerima' dan 'Memaafkan'.

* Kesalahan terbesar kita dalam memilih pasangan adalah kita lebih mementingkan dengan siapa kita menikah bukan seperti apa orang yang akan kita nikahi. Kita lebih melihat dari fisik orang
tersebut bukan kualitas orang tersebut*

True Story about L.O.V.E

Saya adalah ibu tiga orang anak (umur 14, 12, dan 3 tahun) dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya. Tugas terakhir yang diberikannya diberi nama "Tersenyum". Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan tersenyum kepada tiga orang dan mendokumentasikan reaksi mereka.

Saya adalah seorang yang mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang dan mengatakan "hello", jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah. Segera setelah kami menerima tugas tsb, suami saya, anak bungsu saya, dan saya pergi ke restoran McDonald's pada suatu pagi di bulan Maret yang sangat dingin dan kering. Ini adalah salah satu cara kami dalam antrian, menunggu untuk dilayani, ketika mendadak setiap orang di sekitar kami mulai menyingkir, dan bahkan kemudian suami saya ikut menyingkir.

Saya tidak bergerak sama sekali... suatu perasaan panik menguasai diri saya ketika saya berbalik untuk melihat mengapa mereka semua menyingkir. Ketika berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang sangat menyengat, dan berdiri di belakang saya dua orang lelaki tunawisma. Ketika saya menunduk melihat laki-laki yang lebih pendek, yang dekat dengan saya, ia sedang "tersenyum". Matanya yang biru langit indah penuh dengan cahaya Tuhan ketika ia minta untuk dapat diterima. Ia berkata "Good day" sambil menghitung beberapa koin yang telah ia kumpulkan. Lelaki yang kedua memainkan tangannya dengan gerakan aneh sambil berdiri di belakang temannya. Saya menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental dan lelaki dengan mata biru itu adalah penolongnya. Saya menahan haru ketika berdiri di sana bersama mereka. Wanita muda di counter menanyai lelaki itu apa yang mereka inginkan. Ia berkata, "Kopi saja, Nona" karena hanya itulah yang mampu mereka beli. (Jika mereka ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh mereka, mereka harus membeli esuatu. Ia hanya ingin menghangatkan badan).

Kemudian saya benar-benar merasakannya - desakan itu sedemikian kuat sehingga saya hampir saja merengkuh dan memeluk lelaki kecil bermata biru itu. Hal itu terjadi bersamaan dengan ketika saya menyadari bahwa semua mata di restoran menatap saya, menilai semua tindakan saya. Saya tersenyum dan berkata pada wanita di belakang counter untuk memberikan saya dua paket makan pagi lagi dalam nampan terpisah. Kemudian saya berjalan melingkari sudut ke arah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu sebagai tempat istirahatnya. Saya meletakkan nampan itu ke atas meja dan meletakkan tangan saya di atas tangan dingin lelaki bemata biru itu. Ia melihat ke arah saya, dengan air mata berlinang, dan berkata "Terima kasih." Saya meluruskan badan dan mulai menepuk tangannya dan berkata, "Saya tidak melakukannya untukmu. Tuhan berada di sini bekerja melalui diriku untuk memberimu harapan." Saya mulai menangis ketika saya berjalan meninggalkannya dan bergabung dengan suami dan anak saya.

Ketika saya duduk suami saya tersenyum kepada saya dan berkata, "Itulah sebabnya mengapa Tuhan memberikan kamu kepadaku, Sayang. Untuk memberiku harapan." Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan pada saat itu kami tahu bahwa hanya karena Kasih Tuhan kami diberikan apa yang dapat kami berikan untuk orang lain. Hari itu menunjukkan kepadaku cahaya kasih Tuhan yang murni dan indah. Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah, dengan cerita ini ditangan saya. Saya menyerahkan "proyek" saya dan dosen saya membacanya. Kemudian ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkan saya membagikan ceritamu kepada yang lain?" Saya mengangguk pelahan dan ia kemudian meminta perhatian dari kelas. Ia mulai membaca dan saat itu saya tahu bahwa kami, sebagai manusia dan bagian dari Tuhan, membagikan pengalaman ini untuk menyembuhkan dan untuk disembuhkan. . Dengan caraNya sendiri, Tuhan memakai saya untuk menyentuh orang-orang yang ada diMcDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap jiwa yang menghadiri ruang kelas di malam terakhir saya sebagai mahasiswi.. Saya lulus dengan satu pelajaran terbesar yang pernah saya pelajari: PENERIMAAN YANG TAK BERSYARAT. Banyak cinta dan kasih sayang yang dikirimkan kepada setiap orang yang mungkin membaca cerita ini dan mempelajari bagaimana untuk MENCINTAI SESAMA DAN MEMANFAATKAN BENDA-BENDA BUKANNYA MENCINTAI BENDA DAN MEMANFAATKAN SESAMA. Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh anda dengan cara apapun, tolong kirimkan cerita ini kepada setiap orang yang anda kenal. Disini ada seorang malaikat yang dikirimkan untuk mengawasi anda. Supaya malaikat itu bisa bekerja, anda harus menyampaikan cerita ini pada orang-orang yang ingin anda awasi. Seorang malaikat menulis: Banyak orang akan datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya sahabat2 sejati yang akan meninggalkan jejak di dalam hatimu. Untuk menangani dirimu, gunakan kepalamu. Tetapi untuk menangani orang lain, gunakan hatimu. Tuhan memberikan kepada setiap burung makanan mereka, tetapi Ia tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka. Ia yang kehilangan uang, kehilangan banyak; Ia yang kehilangan seorang teman, kehilangan lebih banyak; tetapi ia yang kehilangan keyakinan, kehilangan semuanya. Orang-orang muda yang cantik adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang tua yang cantik adalah hasil karya seni. Belajarlah dari kesalahan orang lain. Engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk mendapatkan semua itu dari dirimu sendiri

Bagaimana Saya memaknai pekerjaan Saya

Sebelum Anda membaca tulisan saya kali ini ada baiknya anda membaca tulisan sebelumnya di blog ini dengan judul “Bagaimana anda memaknai pekerjaan anda”.

Tidak dapat dipungkiri bahwa hidup ini membutuhkan uang, tapi kalau sudah seperti itu jangan sampai anda mengganggap UANG adalah SEGALA2NYA. Stop untuk berpikiran seperti, memang hidup MEMBUTUHKAN UANG tapi UANG bukanlah SEGALA2NYA.

Setelah membaca tulisan Bagaimana anda memaknai pekerjaan anda, saya baru tersadar saya seperti tukang batu yang nomer berapa. Pekerjaan saya adalah seorang Sekretaris soal bekerja keras jangan ditanya mungkin jam kerja saya di kantor cukup panjang soal gaji bukan saya yang paling besar, sesuai? Maybe....maybe not maybe yes, menurut saya itu tergantung bagaimana kita memanagenya.

Uang Rp.100.000 dapat menjadi sangat berharga ketika kita menghargainya dan memanagenya dengan baik tetapi ketika kita menganggap bahwa uang itu hanya sedikit dan tidak memanagenya dengan baik, jangan kaget kalau dalam waktu beberapa jam saja uang itu akan habis begitu saja tanpa anda sadari.

Ok..! mari kita berhenti bicara soal uang, kenapa? Pekerjaan yang anda lakukan tidak semuanya dapat dinilai dengan uang. Kerja keras anda sangat berguna untuk orang yang membutuhkan keahlian anda.

Satu saat bulan September 2006, saya harus berangkat ke Bali untuk melaksanakan satu lokakarya bagi para guru di daerah pedalaman Indonesia Timur. Jangan tanya soal persiapan karena saya akan bilang bahwa saya kurang tidur dan sudah tidak nafsu makan sampai2 untuk mempersiapkan pakaian dan perlengkapan untuk keluar kota saja saya sudah tidak punya waktu, sampai2 koper yang mesti saya bawa, saya tidak tahu kapan dan bagaimana saya harus membawanya pindah dari rumah ke kost saya. Yach itulah bentuk kerja yang kadang kalau saya hitung itu tidak sebanding dengan uang yang saya terima, STOP!! Stop berpikir kalau saya mengeluh TIDAK, saya sedang mencari semua berkat yang saya dapat dari kantor saya untuk saya dan semua itu terbayar dan hasilnya EQUAL. Dan itu tidak bisa di nilai dengan UANG.

Anda pasti bertanya apa yang tidak bisa diukur dengan uang ? contoh kecil kebaikan dan perhatian pimpinan kalau anda bekerja dengan SANGAT BAIK diluar apa yang dia harapkan anda tidak perlu berteriak sampai demo minta naik gaji, itu akan terjadi bahkan sebelum waktunya anda naik gaji. Bagaimana dengan rasa nyaman di kantor ? ya itu juga suasana kerja yang kondusif kadang tidak dapat dinikmati oleh semua orang karena terlalu banyak orang yang sirik dan suka2nya sendiri yach itulah contoh wajah negeri ini. Indonesia yang mengaku ramah tamah ternyata itu hanya slogan sekarang semua orang sibuk memikirkan keuntungan untuk dirinya sendiri tidak untuk orang lain. Masih banyak lagi sesuatu yang saya dapat/nikmati dan itu tidak dapat dinilai dengan uang.

Lanjut ke cerita saya soal lokakarya di Bali lokakarya. Di hari ke 2 pelaksanaan lokakarya Bos saya bilang begini ”Afi, saya ingin kamu membagikan selembar kertas kepada mereka besok pagi dan minta mereka untuk menuliskan pesan dan kesan mereka selama mengikuti lokakarya ini”. Satu hal yang ada dipikiran saya, ”apakah masih penting?” berhubung instruksi saya lakukan dengan baik bahkan saya buat satu format pesan dan kesan yang baik. Hasilnya saya mendapatkan pesan dan kesan yang sangat banyak dan itu memotivasi saya bahkan owner perusahaan di tempat saya bekerja, kenapa? Karena banyak tertulis pesan tentang ucapan terima kasih karena kita telah membukakan pikiran mereka tentang satu dunia baru yang bisa merupakan salah satu solusi untuk memajukan indonesia bahkan satu pesan yang tidak akan pernah saya lupa karena sanggup memusnahkan perasaan SUPER LELAH saya dengan SEGERA yaitu ”dari sekian banyak perjalanan saya ke Bali ini adalah yang paling terindah” KAta2 ini langsung menginspirasikan hidup saya untuk membuat satu ulang tahun saya yang paling indah di pulau dewata, dengan apa? dengan cara yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya, saya mencoba keluar dari kurungan pikiran saya sendiri dan keluar dari kenyamanan hidup saya sehingga saya juga bisa katakan ini adalah ulang tahun saya yang paling terindah di pulau dewata.

Anda tidak akan pernah tahu bahwa apa yang akan kerjakan tidak hanya untuk hari ini tapi untuk hari ini dan masa depan anda dan orang lain. Ya ya ya saat ini mungkin salah satu dari anda akan bilang bahwa pekerjaan saya adalah cuma cleaning service mana mungkin berguna untuk orang lain dan masa depan??? Apa yang anda pikir kalau di kantor yang anda duduki sekarang tidak ada cleaning service? Saya jamin akan banyak bibit penyakit yang anda bawa pulang ke rumah karena kantor anda kotor bukan ?. Penyakit? Berobat sekarang mahal hanya karena anda sakit anda tidak bisa menabung untuk masa depan anda bukan? Jawab saja sendiri ok…!!!

Jadi mulailah untuk mencintai pekerjaan anda dan perbuatlah sesuatu dengan baik dengan hasil yang maksimal untuk anda dan orang yang disekeliling anda.

Semoga berguna…
4f1

Monday, April 16, 2007

Mencintai dengan sederhana

"De'... de'... Selamat Ulang Tahun..." bisik seraut wajah tampan tepat di
hadapanku. "Hmm..." aku yang sedang lelap hanya memicingkan mata dan tidur
kembali setelah menunggu sekian detik tak ada kata-kata lain yang terlontar dari
bibir suamiku dan tak ada sodoran kado di hadapanku.

Shubuh ini usiaku dua puluh empat tahun. Ulang tahun pertama sejak pernikahan
kami lima bulan yang lalu. Nothing special. Sejak bangun aku cuma diam, kecewa.
Tak ada kado, tak ada black forest mini, tak ada setangkai mawar seperti mimpiku
semalam. Malas aku beranjak ke kamar mandi. Shalat Subuh kami berdua seperti
biasa. Setelah itu kuraih lengan suamiku, dan selalu ia mengecup kening, pipi,
terakhir bibirku. Setelah itu diam. Tiba-tiba hari ini aku merasa bukan apa-apa,
padahal ini hari istimewaku. Orang yang aku harapkan akan memperlakukanku
seperti putri hari ini cuma memandangku.

Alat shalat kubereskan dan aku kembali berbaring di kasur tanpa dipanku.
Memejamkan mata, menghibur diri, dan mengucapkan. Happy Birthday to Me... Happy
Birthday to Me.... Bisik hatiku perih. Tiba-tiba aku terisak. Entah mengapa. Aku
sedih di hari ulang tahunku. Kini aku sudah menikah. Terbayang bahwa diriku
pantas mendapatkan lebih dari ini. Aku berhak punya suami yang mapan, yang bisa
mengantarku ke mana-mana dengan kendaraan. Bisa membelikan blackforest, bisa
membelikan aku gamis saat aku hamil begini, bisa mengajakku menginap di sebuah
resor di malam dan hari ulang tahunku. Bukannya aku yang harus sering keluar
uang untuk segala kebutuhan sehari-hari, karena memang penghasilanku lebih
besar. Sampai kapan aku mesti bersabar, sementara itu bukanlah kewajibanku.

"De... Ade kenapa?" tanya suamiku dengan nada bingung dan khawatir.

Aku menggeleng dengan mata terpejam. Lalu membuka mata. Matanya tepat menancap
di mataku. Di tangannya tergenggam sebuah bungkusan warna merah jambu. Ada
tatapan rasa bersalah dan malu di matanya. Sementara bungkusan itu enggan
disodorkannya kepadaku.

"Selamat ulang tahun ya De'..." bisiknya lirih. "Sebenernya aku mau bangunin
kamu semalam, dan ngasih kado ini... tapi kamu capek banget ya? Ucapnya
takut-takut.
Aku mencoba tersenyum. Dia menyodorkan bungkusan manis merah jambu itu. Dari
mana dia belajar membukus kado seperti ini? Batinku sedikit terhibur. Aku buka
perlahan bungkusnya sambil menatap lekat matanya. Ada air yang menggenang.

"Maaf ya de, aku cuma bisa ngasih ini. Nnnng... Nggak bagus ya de?" ucapnya
terbata. Matanya dihujamkan ke lantai.
Kubuka secarik kartu kecil putih manis dengan bunga pink dan ungu warna
favoritku. Sebuah tas selempang abu-abu bergambar Mickey mengajakku tersenyum.
Segala kesahku akan sedikitnya nafkah yang diberikannya menguap entah ke mana.
Tiba-tiba aku malu, betapa tak bersyukurnya aku.

"Jelek ya de'? Maaf ya de'... aku nggak bisa ngasih apa-apa.... Aku belum bisa
nafkahin kamu sepenuhnya. Maafin aku ya de'..." desahnya.

Aku tahu dia harus rela mengirit jatah makan siangnya untuk tas ini. Kupeluk dia
dan tangisku meledak di pelukannya. Aku rasakan tetesan air matanya juga
membasahi pundakku. Kuhadapkan wajahnya di hadapanku. Masih dalam tunduk, air
matanya mengalir. Rabbi... mengapa sepicik itu pikiranku? Yang menilai sesuatu
dari materi? Sementara besarnya karuniamu masih aku pertanyakan.

"A' lihat aku...," pintaku padanya. Ia menatapku lekat. Aku melihat telaga
bening di matanya. Sejuk dan menenteramkan. Aku tahu ia begitu menyayangi aku,
tapi keterbatasan dirinya menyeret dayanya untuk membahagiakan aku. Tercekat aku
menatap pancaran kasih dan ketulusan itu. "Tahu nggak... kamu ngasih aku
banyaaaak banget," bisikku di antara isakan. "Kamu ngasih aku seorang suami yang
sayang sama istrinya, yang perhatian. Kamu ngasih aku kesempatan untuk meraih
surga-Nya. Kamu ngasih aku dede'," senyumku sambil mengelus perutku. "Kamu
ngasih aku sebuah keluarga yang sayang sama aku, kamu ngasih aku mama...."
bisikku dalam cekat.

Terbayang wajah mama mertuaku yang perhatiannya setengah mati padaku, melebihi
keluargaku sendiri. "Kamu yang selalu nelfon aku setiap jam istirahat, yang lain
mana ada suaminya yang selalu telepon setiap siang," isakku diselingi tawa. Ia
tertawa kemudian tangisnya semakin kencang di pelukanku.

Rabbana... mungkin Engkau belum memberikan kami karunia yang nampak dilihat
mata, tapi rasa ini, dan rasa-rasa yang pernah aku alami bersama suamiku tak
dapat aku samakan dengan mimpi-mimpiku akan sebuah rumah pribadi, kendaraan
pribadi, jabatan suami yang oke, fasilitas-fasilitas. Harta yang hanya terasa
dalam hitungan waktu dunia. Mengapa aku masih bertanya. Mengapa keberadaan dia
di sisiku masih aku nafikan nilainya. Akan aku nilai apa ketulusannya atas apa
saja yang ia berikan untukku? Hanya dengan keluhan? Teringat lagi puisi
pemberiannya saat kami baru menikah... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana...

Bagaimana anda memaknai pekerjaan anda?

"Jika seseorang diberi tanggung jawab untuk menjadi penyapu
jalan, ia harus melakukan tugasnya seperti apa yang dilakukan oleh pelukis
Michelangelo, atau seperti Beethoven mengkomposisikan musiknya, atau seperti
Shakespeare menulis sajaknya. Ia harus menyapu jalan sedemikian baiknya,
sehingga semua penghuni surga dan bumi berhenti sejenak dan berkata, di sini
hidup seorang penyapu jalan jempolan yang melakukan tugasnya dengan baik".


- Martin Luther King -


Pada suatu hari, nampak tiga orang tukang batu yang sedang bekerja keras
membangun suatu bangunan. Tukang pertama, yang berada di paling ujung ditanya,
"Apa yang sedang anda kerjakan, dan bagaimana perasaan anda melakukan kerja ini
?" Dia menjawab "Saya sedang menata batu-batu ini menjadi sebuah tembok. Malas
juga sebenarnya melakukan kerja ini. Kalau ada pekerjaan lain yang lebih enak,
secepatnya saya akan pindah".


Tukang kedua, yang berada di sebelahnya juga ditanya pertanyaan yang sama, dan
dia menjawab dengan bersungut-sungut "Saya melakukan suatu tugas senilai 5
dollar sejam. Dengan tugas seberat ini dan kami harus melakukannya sepanjang
hari, seharusnya kami digaji dua kali lipat. Kami merasa hanya sebagai sapi
perah, dipaksa bekerja keras, dan nantinya mereka yang mendapatkan hasil paling
banyak .....".


Tukang ketiga, dengan pertanyaan yang sama pula, menjawab "Saya sedang menjadi
bagian dari suatu sejarah, di mana setiap detil dari bangunan ini akan saya
sentuh sehingga menjadi sempurna. Kelak, apabila bangunan ini sudah jadi, saya
akan mengajak anak saya berjalan-jalan di depannya, dan bisa berkata dengan
bangga pada anak saya, bahwa dibalik bangunan megah ini, ada sentuhan dari
ayahnya yang membuatnya menjadi sempurna ........"


Menarik untuk mengambil makna dari cerita diatas. Jika cerita tersebut ditarik
ke dalam kehidupan karir anda, tukang batu yang manakah yang mirip dengan
situasi anda saat ini ?


Tipe tukang pertama, adalah mereka yang diistilahkan sebagai OPERATOR. Mereka
akan menjalankan tugas berdasarkan apa yang diperintahkan oleh atasan, tapi
tidak pernah berpikir apa tujuan yang ingin dicapai dari apa yang mereka lakukan
tersebut.


Tipe tukang kedua, diistilahkan sebagai MONEY-ACTION VALUATOR, di mana mereka
selalu menilai apa yang mereka kerjakan dengan sejumlah uang. Seringkali
orang-orang seperti ini mengeluh tentang kecilnya penghasilan mereka dibanding
dengan kerja yang mereka lakukan, tanpa mereka mau melakukan perbaikan.


Dan tipe ketiga, adalah seorang VISIONER, dimana mereka bisa melihat ke depan,
manfaat besar apa yang bisa mereka raih dari hal-hal kecil yang mereka lakukan
saat ini.


Sebagai seorang profesional misalnya, kita mempunyai banyak rekan kerja yang
sama dengan kita. Tapi MAKNA dari pekerjaan yang kita lakukan setiap hari, akan
menggerakkan ATTITUDE kita, dan memberikan HASIL yang berbeda dalam jangka
panjang.


Pertanyaan penting sebelum anda memulai perjalanan karir anda menuju sukses
adalah, apakah pekerjaan yang anda lakukan sekarang merupakan pekerjaan yang
anda dambakan dan senangi ? Adakah rasa bangga terhadap apa yang anda kerjakan
sekarang ? Jika tidak, maka hanya ada dua pilihan, yaitu berusaha untuk
mencintainya, atau keluar dari pekerjaan anda sekarang dan mencari pilihan karir
lain yang sesuai dengan keinginan anda. Jika anda memaksakan bekerja di bidang
yang membuat anda merasa tertekan sepanjang hari, hanya karena tidak ada
perusahaan lain yang mau menerima anda, maka bersiaplah untuk menderita lebih
lama lagi.


Bagaimana jika kita bekerja karena uang, bukankah memang uang adalah salah satu
pendorong kita bekerja ? Memang benar. Tapi kita juga perlu menyadari bahwa uang
adalah HASIL AKHIR dari suatu tindakan yang kita lakukan sebelumnya. Yang perlu
kita renungkan disini adalah bagaimana attitude kita dalam melakukan tindakan
sehari-hari, sebelum kita menerima upah kita di akhir bulan. Jika kita hanya
menyukai uangnya, bukan pekerjaannya, maka kita akan dengan mudah menyerah dan
mungkin mencoba-coba mencari lowongan baru jika merasa sudah mentok, atau ada
halangan yang menghadang di depan.


Orang-orang yang mencintai pekerjaannya, selalu mencari tantangan baru di dalam
karirnya. Jika mereka merasa tantangan mereka di kantor sudah mentok, barulah
mereka mencoba mencari hal-hal baru yang bisa ditingkatkan dari profesi mereka.
Sayang sekali memang, jumlah orang seperti ini tidak begitu banyak. Kualitas
orang seperti ini begitu menonjol dibanding rekan-rekannya, bahkan kualitasnya
seringkali terdengar hingga keluar perusahaan. sehingga tidak mengherankan jika
banyak perusahaan lain yang juga tertarik dan berusaha membajaknya untuk pindah
ke tempat lain. Dan mereka pun jika akhirnya mau berpindah, bukan hanya karena
iming-iming uang yang menggiurkan, tapi karena mereka juga melihat kesempatan di
tempat lain dimana mereka mempunyai peluang untuk menjawab tantangan yang lebih
besar.


Akhir kata, cobalah untuk melihat ke dalam diri anda saat ini. Apakah makna
pekerjaan bagi anda saat ini ? Dan termasuk type manakah cara kerja anda,
operator, money-action valuator, ataukah visioner ? Belum terlambat untuk mulai
berubah dan mencintai pekerjaan anda, serta melakukan yang terbaik demi
kesuksesan karir anda ke depan. Sukses untuk anda!