Thursday, April 19, 2007

Membeli waktu

Steven adalah seorang karyawan peerusaahan yang
cukup terkenal di Jakarta, memiliki dua putra. Putra
pertama baru berusia 6 tahun bernama Leo dan putra
ke dua berusia dua tahun bernama Kristian. Seperti
biasa jam 21.00 Steven sampai di rumahnya di salah
satu sudut Jakarta, setelah seharian penuh bekeja di
kantornya. Dalam keremangan lampu halaman rumahnya
dia melihat Leo putra pertamanya di temani bik Yati
pembantunya menyambut digerbang rumah.

"Kok belum tidur Leo?" sapa Steven sambil mencium
anaknya. Biasanya Leo sudah tider ketika Steven
pulang dari kantor dan baru bangun menjelang Steven
berangkat ke kantor keesokan harinya.

"Leo menunggu Papa pulang, Leo mau tanya, gaji Papa
itu berapa sih Pa?" kata Leo sambil membuntuti
papanya.

"Ada apa nih kok tanya gaji papa segala?"

"Leo Cuma pingin tahu aja kok Pah?

"Baiklah coba Leo hitung sendiri ya. Kerja papa
sehari di gaji Rp 600.000,-, nah selama sebulan
rata-rata dihitung 25 hari kerja. Nah berapa gaji
papa sebulan?"

"Sehari Papa kerja berapa jam Pa?" tanya Leo lebih
lanjut.

"Sehari papa kerja 10 jam Leo, nah hitung sana, Papa
mau melepas sepatu dulu."

Leo berlari ke meja belajarnya dan sibuk
mencoret-coret dalam kertasnya menghitung gaji
papanya. Sementara Steven melepas sepatu dan meminum
teh hangat buatan istri tercintanya.

"Kalau begitu, satu bulan Papa di gaji Rp
1.500.000,-, ya Pah? Dan satu jam papa di gaji Rp.
60.000,-." Kata Leo setelah mencorat-coret sebentar
dalam kertasnya sambil membuntuti Steven yang
beranjak menuju kamarnya.

"Nah, pinter kamu Leo. Sekarang Leo cuci kaki lalu
bobok." Perintah Steven, namun Leo masih saja
membuntuti Steven sambil terus memandang papanya
yang benrganti pakaian.

"Pah, boleh tidak Leo pinjam uang Papa Rp. 5.000,-
saja?" tanya Leo dengan hati-hati sambil menundukkan
kepalanya.

"Sudahlah Leo, nggak usah macam-macam, untuk apa
minta uang malam-malam begini. Kalau mau uang besok
saja, Papa kan capek mau mandi dulu. Sekarang Leo
tidur supaya besok tidak terlambat ke sekolah!"

"Tapi Pah.."

"Leooo!! Papa bilang tidur!"bentak Steven
mengejutkan Leo.

Segera Leo beranjak menuju kamarnya. Setelah mandi
Steven menengok kamar anaknya dan menjumpai Leo
belum tidur. Leo sedang terisak pelan sambil
memegangi sejumlah uang. Steven nampak menyesal
dengan bentakannya. Dipegangnyalah kepala Leo pelan
dan berkata:
"Maafkan Papa ya nak. Papa sayang sekali pada Leo."
ditatapnya Leo anaknya dengan penuh kasih sambil
ikut berbaring di sampingnya.

"Nah katakana pada Papa, untuk apa sih perlu uang
malam-malam begini. Besok kan bisa, jangankan Rp.
5.000,-, lebih banyak dari itupun akan Papa kasih."

"Leo nggak minta uang Papa kok, Leo cuma mau pinjam.
Nanti akan Leo kembalikan, kalau Leo udah menabung
lagi dari uang jajan Leo."

"Iya, tapi untuk apa Leo?" tanya Steven dengan lembut.

"Leo udah menunggu Papa dari sore tadi, Leo nggak
mau tidur sebelum ketemu Papa. Leo pingin ngajak
Papa main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu
sering bilang bahwa waktu papa berharga. Jadi Leo
ingin beli waktu Papa."

"Lalu." tanya Steven penuh perhatian dan kelihatan
belum mengerti.

"Tadi Leo membuka tabungan, ada Rp 25.000,-. Tapi
karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp.
60.000,-, maka untuk setengah jam berarti Rp.
30.000,-. Uang tabungan Leo kurang Rp. 5.000,-. Maka
Leo ingin pinjam pada Papa. Leo ingin membeli waktu
Papa setengah jam saja, untuk menemani Leo main ular
tangga. Leo rindu pada Papa." Kata Leo polos dengan
masih menyisakan isakannya yang tertahan.

"Steven terdiam, dan kehilangan kata-kata. Bocah
kecil itu dipeluknya erat-erat, bocah kecil yang
menyadarkan bahwa cinta bukan hanya sekedar ungkapan
kata-kata belaka namun berupa ungkapan perhatian dan
kepedulian.

No comments: