Friday, July 24, 2009

Time is Eternity

There was this person who believed very much in true love and decided
to take his time waiting for the right girl. He believed that there was
someone special for him out there, but none came.
Every year at Christmas, his ex-girlfriend would return from Vancouver
to look him up. He was aware that she still held some
hope of re-kindling the past romance with him. He did not wish to
mislead her in any way. So he always got one of his girlfriends to pose
as his steady whenever she came back. That went on for several years
and each year the guy would get a different girl to pose as his
romantic interest.
So whenever she came to visit, she would be led into believing that it
was all over between them. The girl took all those rather
well... often casually teasing him with his different girlfriends, or
so it seemed. In fact, the girl often wept in secret whenever she saw
him with another girl but she was too proud to admit it.
Still, every Christmas, she returned, hoping to re-kindle some form of
romance. But each time, she returned to Vancouver disappointed. Finally
she decided that she could not play that game any longer, she
confronted him and professed that after all
those years he was the still the only man that she had ever loved.
Although the guy knew of her feelings for him, he was still taken back
and never expected her to react that way. He always thought that she
would slowly forget about him over time and come to terms that it was
all over between them.
Although he was touched by her undying love for him and wanted so much
to accept her, he remembered why he rejected her in
the first place... she was not the one he wanted. So he hardened his
heart and turned her down. Since then, three years had passed and the
girl never returned anymore.
They never even wrote to each other. The guy went on with his
life.....still searching for the one but somehow deep inside him he
missed the girl.
On the Christmas of 1995, he went to his friend's party alone. "Hey,
how come all alone? Where are all your girlfriends? What
happened to that Vancouver babe that join you every Christmas?"
He felt warm and comforted by his friend's queries, so he decided to
surge on. He came upon one of his girlfriends that he once
requested to pose as his steady. He wanted so much to ignore her... not
that he was impolite but he just did't feel comfortable
with his girlfriends anymore. It was almost like he was being judged by
them.
The girl saw him and shouted across the floor for him. Unable to avoid
her, he went up to acknowledge her. "How are you? Enjoying the party?"
"Sure.....yeah" She was slightly tipsy, must be from the whiskey on her
hand. She continued, "Why? Don't
you need someone to pose as your girl-friend this year?"
"No, there is no need for that anymore......" Before he can continue,
he was interrupted. "Oh yes! Must have found a girlfriend... you
haven't been searching for one for the past years"
The man looked up, as if he had struck gold, his face beamed and looked
directly at the girl. "Yes......you are right. I haven't been looking
for anyone for the past years." With that, the man darted across the
floor and out the door, leaving the lady in much bewilderment.
He finally realized that he had already found his dream girl and it was
the Vancouver girl all along. The drunken lady said something that
awaken him, all along he had found his girl. That was why he did not
bother to look further when he realized she
was not coming back. It was not any specific girl he was seeking. It
was perfection he wanted and perfection in any relationship is
something both parties should work on.
Realizing that he had let away someone so important in his life, he
decided to call her immediately. His whole mind was flooded
with fear, he was afraid that she might have found someone new or no
longer had the same feelings anymore.....for once, he felt the fear of
losing someone.
As it was Christmas eve, it was quite hard to get through especially
this was an overseas call. He tried again and again, never
giving up. Finally, he got through... precisely at 12:00 midnight. He
confessed his love for him and the girl was moved to tears. It
seemed that she never got over him, even after so long she was still
waiting for him, never giving up.
He was so excited to meet her and to begin this new chapter of their
lives. He decided to fly to Vancouver to join her. It was the
happiest time of their lives... but it was shortlived. Two days before
he was supposed to fly to Vancouver, he received a call from her
father. She had a head-on car collision with a drunken driver. She
passed away after 6 hours in a coma.
The guy was devastated, he was in a complete loss. Why did fate played
such cruel games with him? He cursed the heavens for
taking her away from him, denying even one last look at her. How he
cursed! How he damned the Gods! How he hated himself... for taking so
long to realize his mistake. That was in 1996.

The morale of this story is:
Treasure what you have.
Time is too slow for those who wait;
Too swift for those who fear;
Too long for those who grief;
Too short for those who rejoice;
But for those who love Time is Eternity
"A real friend is one who walks in when the rest of the world walks
out"

Sepuluh Ukuran Kesuksesan

Barbara Bartlein, R.N., M.S.W.

Adalah seorang lulusan Fakultas Hukum, George Washington University. Lalu
bekerja sebagai pengacara pada law firm terkemuka di Midwest. Ditilik dari
penampilannya, ia adalah wanita yang sukses dan berhasil. Namun, suatu saat
di Senin pagi, ia mengajukan pengunduran diri dari posisinya. Hal ini tentu
membingungkan banyak orang, namun keputusannya untuk keluar dari "jalur
kesuksesan" itu didasari pada pendefinisian kembali makna "kesuksesan"
baginya. Lebih lanjut, ia ingin menemukan sesuatu yang benar-benar ia
inginkan.

Apakah anda adalah orang yang sukses? Berikut ini, beberapa ukuran
kesuksesan yang mungkin berguna untuk mengukur kesuksesan anda. Kesuksesan
adalah:



1--Mendapat penghasilan yang baik dari pekerjaan yang ditunaikan dengan baik
pula. Bila anda menyelesaikan pekerjaan dengan baik, anda bisa merasakan
kegairahan dalam pekerjaan itu dan menikmati apa yang sedang anda kerjakan.
Penghasilan yang besar tidak banyak berarti bila anda tidak bisa menemukan
kegembiraan dalam pekerjaan anda setiap harinya. Gaji yang anda terima
semestinya bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari agar anda bisa
memusatkan perhatian pada pekerjaan anda.



2--Mempunyai visi mengenai masa depan dan tujuan yang konsisten dengan visi
tersebut. Kehidupan kerja anda adalah untuk mengejar tujuan dengan penuh
energi, daya cipta dan integritas. Tentu ada semacam ketegangan kreatif
antara visi anda dan kenyataan saat ini sehingga anda perlu melakukan
peregangan untuk meraihnya. Ketegangan kreatif ini memberi anda energi untuk
menjaga momentum dan meraih tujuan anda satu per satu.



3--Memperoleh cinta dan penghormatan dari orang-orang di sekitar anda.
Berperilakulah sedemikian rupa sehingga anda berhak untuk mendapatkan cinta
dan penghormatan dari orang-orang di sekitar anda. Dapatkan hal ini melalui
kerja keras dan dedikasi. Jangan mencampur-adukkan antara "terkenal" dengan
"terhormat". Terkadang keinginan anda untuk terkenal harus dikorbankan untuk
mendapatkan kehormatan.



4--Memberikan sumbangsih pada masyarakat dengan sukarela. Akuilah bahwa anda
menerima sesuatu dari masyakat sekitar, maka dapatkan sebuah kesempatan
untuk memberikannya kembali pada mereka. Hal ini bukan karena secara politis
dibenarkan, namun karena anda mengakui sepenuh hati bahwa anda benar-benar
mendapat karunia dan anugerah; karena berbagi pada sesama adalah sebuah
penghargaan yang besar.



5--Menerima kegagalan dan penolakan, namun belajar darinya.. Dikatakan, ada
dua tipe orang di dunia ini. Pertama, seseorang yang belajar dari kesalahan
mereka sendiri. Dan mereka yang yang belajar dari kesalahan orang lain. Jauh
lebih mudah bila anda tidak perlu membuat kekeliruan sendiri. Namun orang
yang sukses adalah mereka yang belajar dari kegagalan dan tumbuh bersamanya.



6--Menghabiskan waktunya untuk melakukan apa yang ingin dilakukan. Bisa
menikmati setiap hari kerja adalah anugerah yang luar biasa. Seringkali
tindakan yang sederhana dan tampak sepele memberikan kepuasan yang besar.

Ingat, ada dua cara untuk menjadi kaya: mempunyai banyak uang, atau memiliki
keinginan yang sederhana.



7--Mempunyai gaya hidup yang sehat secara fisik. Pepatah yang mengatakan,
"lebih awal tidur, lebih awal bangun, membuat orang jadi sehat, kaya, dan
bijak" tetaplah berlaku. Banyak orang lebih memperhatikan mobilnya ketimbang
tubuhnya sendiri, padahal kesehatan adalah hadiah yang tidak bisa kita beli.
Ingat pula aturan emas mengenai kesehatan yang berbunyi, "jangan makan,
minum atau tidur sebanyak yang kita maui."



8--Menjaga kehidupan spiritual. Akuilah bahwa hidup ini sebuah anugerah dari
Tuhan Yang Maha Esa. Cari dan ikuti petunjuk-Nya sehingga anda bisa
menjalani hidup ini dengan baik dan terus maju.



9--Berusaha untuk meraih kesempuanaan, namun jangan harapkan itu dari diri
anda atau orang lain. Tetaplah berusaha untuk meraih kesempurnaan dengan
melakukan perbaikan. Akui bahwa goal anda tidaklah sempurna. Hidup ini
adalah sebuah proses penyempurnaan yang terus-menerus. Daripada mengharapkan
kesempurnaan dari orang lain, lebih baik anda melihat keberhasilan yang
diraih oleh orang lain dan berikan mereka pengakuan yang positif.



10--Mempercayai bahwa anda adalah seseorang yang sukses. Pikiran yang
positif adalah alat yang ampuh. Anda menjadi apa yang anda pikirkan. Bila
anda percaya anda bisa, anda memperoleh "rewards" dari pikiran anda.

Ada banyak jalan menuju kesuksesan, dan itu haruslah dirancang oleh diri
anda sendiri. Setiap jalan pasti meliputi kesempatan dan resiko. Pastikan
bahwa anda tahu apa makna keberhasilan bagi anda. Henry Kissinger berujar,
"Bila anda tak tahu kemana anda sedang melangkah, maka semua jalan takkan
membawa anda kemana-mana."

(Barbara Bartlein, R.N., M.S.W., Success Matters - Ten Measures of Success)

Wednesday, July 15, 2009

Batu Besar

Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manajemen waktu pada
para mahasiswa MBA.
Dengan penuh semangat ia berdiri depan kelas dan berkata, "Okay, sekarang
waktunya untuk quiz."
Kemudian ia mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di meja. Kemudian
ia mengisi
ember tersebut dengan batu sebesar sekepalan tangan. Ia mengisi terus hingga
tidak ada lagi batu yang
cukup untuk dimasukkan ke dalam ember.

Ia bertanya pada kelas, "Menurut kalian, apakah ember ini telah penuh?"
Semua mahasiswa serentak berkata, "Ya!"
Dosen bertanya kembali, "Sungguhkah demikian?"

Kemudian, dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil kecil.
Ia menuangkan kerikil-kerikil itu ke dalam ember lalu mengocok-ngocok ember itu
sehingga
kerikil-kerikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara
batu-batu. Kemudian, sekali
lagi ia bertanya pada kelas, "Nah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?"
Kali ini para mahasiswa terdiam. Seseorang menjawab, "Mungkin tidak."

"Bagus sekali," sahut dosen. Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan
menuangkannya ke dalam
ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong antara batu dan kerikil.

Sekali lagi, ia bertanya pada kelas,"Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah
penuh?" "Belum!"
sahut seluruh kelas.
Sekali lagi ia berkata, "Bagus. Bagus sekali."

Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember sampai
ke bibir ember.Lalu
ia menoleh ke kelas dan bertanya, "Tahukah kalian apa maksud illustrasi ini?"

Seorang mahasiswa dengan semangat mengacungkan jari dan berkata, "Maksudnya
adalah, tak peduli
seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita
bisa
mengerjakannya."
"Oh, bukan," sahut dosen, "Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari illustrasi
mengajarkan pada kita bahwa
:

--- Bila anda tidak memasukkan batu besar terlebih dahulu, maka anda tidak akan
bisa memasukkan
semuanya. --- "

Apa yang dimaksud dengan "batu besar" dalam hidup anda?
Anak-anak anda
Pasangan anda
Pendidikan anda
Hal-hal yang penting dalam hidup anda
Mengajarkan sesuatu pada orang lain
Melakukan pekerjaan yang kau cintai
Waktu untuk diri sendiri
Kesehatan anda
Teman anda

* * *

Ingatlah untuk selalu memasukkan "Batu Besar" pertama kali atau anda akan
kehilangan semuanya. Bila
anda mengisinya dengan hal-hal kecil terlebih dahulu, maka hidup anda akan penuh
dengan hal-hal kecil
yang merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian anda
tidak akan pernah
memiliki waktu yang sesungguhnya anda perlukan untuk hal-hal besar dan penting.

Oleh karena itu, tanyalah pada diri anda sendiri:
"Apakah "Batu Besar" dalam hidup saya?"

Lalu kerjakan itu pertama kali.

NIAT BAIK JANGAN DITUNDA.

Kupu-Kupu


Sebuah kisah nyata tentang Keberanian dan Kasih
oleh David L. Kuzminski

Ketika berjalan kaki menyusuri sebuah jalur kecil di samping pepohonan di
Georgia, saya melihat sebuah genangan air di depan saya.
Saya mengambil keputusan untuk mengitarinya pada bagian yang tidak becek.
Sewaktu saya menghampiri genangan itu, tiba-tiba saya diserang!

Saya tidak menghindar karena serangan itu begitu tiba-tiba dan datang dari
sumber yang sangat tak terduga.

Saya terkejut namun tidak terluka sekalipun sudah diserang empat atau lima
kali. Saya mundur selangkah dan penyerang saya berhenti menyerang.
Penyerang itu melayang di udara; dia adalah seekor kupu-kupu dengan sayapnya
yang indah.
Seandainya saya terluka saya tidak akan menganggap kejadian itu
menakjubkan. Tentu saja saya tidak terluka, dan saya tertawa melihatnya.
Seekor kupu-kupu menyerang saya!

Setelah berhenti tertawa, saya melangkah maju lagi. Penyerang saya kembali
menyerang saya.

Ia menabrakkan dirinya pada dada saya, menyerang saya berkali-kali dengan
segenap kekuatannya, berusaha mendorong saya.

Untuk kedua kalinya, saya mundur selangkah sementara kupu-kupu itu
berhenti. Lalu saya maju lagi, dan dia pun kembali menyerang. Saya diserang
pada dada saya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan kecuali mundur
lagi. Lagipula, tidak setiap hari saya bisa mengalah bertarung dengan seekor
kupu-kupu.

Kali ini, saya mundur beberapa langkah ke arah lain untuk melihat mengapa
kupu-kupu itu menyerang saya. Dia terbang merendah dan kemudian mendarat di
tanah kering di samping genangan air tadi. Saat itulah saya menyadari
mengapa dia tadi menyerang saya. Kupu-kupu itu mendarat dekat seekor
kupu-kupu lain yang kemungkinan adalah pasangannya, dan pasangannya itu
sedang sekarat. Berdiam di dekat pasangannya, kupu-kupu itu membuka dan
menutup sayapnya seolah-olah untuk mengipasinya. Saya hanya dapat mengagumi
kasih dan keberanian kupu-kupu itu untuk menjaga pasangannya.

Kupu-kupu itu berani menyerang saya demi hidup pasangannya, sekalipun sudah
jelas bahwa pasangannya sebentar lagi akan mati dan saya begitu besar untuk
dihadapi.
Dia melakukan hal itu agar pasangan mendapatkan sedikit perpanjangan waktu
untuk hidup, karena jika tidak saya sudah akan menginjaknya tadi.
Sekarang saya tahu untuk siapa dan mengapa ia bertaruh nyawa seperti itu.
Cuma ada satu pilihan bagi saya. Perlahan-lahan saya mengambil jalur yang
lain, sekalipun jalur itu sangat becek dan berlumpur. Keberanian kupu-kupu
itu untuk menyerang sesuatu yang ribuan kali lebih besar dan lebih berat
dari dirinya sendiri demi keamanan pasangannya telah menggugah hati saya.

Saya tidak dapat melakukan hal yang lain kecuali memilih jalan yang kotor
dan membiarkan kupu-kupu itu menemani pasangannya yang tengah sekarat. Dia
layak untuk menghabiskan waktu-waktu terakhir bersama pasangannya tanpa
diganggu oleh saya. Setelah meninggalkan mereka, saya membersihkan sepatu
saya yang kotor dan segera menuju ke mobil.

Sejak saat itu, saya selalu berusaha untuk mengingat keberanian kupu-kupu
itu setiap kali saya melihat masalah menghadapi saya. Saya menggunakan
keberanian kupu-kupu itu sebagai inspirasi dan untuk mengingatkan saya bahwa
hal-hal yang baik patut untuk diperjuangkan sekuat tenaga.

Monday, July 13, 2009

Being Unlimited Love




6.28.2009
Being Unlimited Love


by Nick Ralls -

AFFIRMATION: I break the patterns of the past so that I can both give and receive love. there is no limit to the amount of love I can give or the number of people I can give love to. My love is not limited.

SO many of us are hungry. Not for food... but for love. Mother Teresa said the greatest hunger in the world was for love. So many people are starved of love and it is so easy to see. So many of us suffer the pain of feeling unloved, feeling deprived of hugs, embraces, cuddles and daily exposure to warm smiles, kind words and being heard.

The greatest tragedy of our present times is possibly that so many people are afraid of being loving... either giving or receiving love. It is easy to grow up in a pattern of being shy about expressing love.

Some of us did not get the daily hugs that are so essential for our well being. Some of us did not get the tender embraces and the cuddles that would give us a sense of being loved. Some of us did not get a barrage of kind words as we grew up and went out into the world. Some of us discovered that growing up was about hostility, sometimes violent and aggressive behavior, and sometimes cold silences that tore at our hearts. Some of us discovered the pain of loneliness, isolation and feeling apart from people... far too early. And some of us carry the scars right now.

In fact, most of us did not get enough hugs, enough embraces, enough cuddles, enough kind words and enough acceptance as we would have liked. Few people can say that they were loved too much. But is this a pattern we wish to repeat in our own lives... any longer?

So easy is it to repeat the pattern of not experiencing love... feeling more comfortable in situations where love is not openly expressed. So easy is it to repeat the pattern of running away from those who are willing to love us for fear that we will soon be rejected again.

But the question begs: Do we wish to withhold hugs because they were withheld from us? Do we wish to withhold cuddles and embraces because we did not get them? Do we wish to refrain from telling our friends how much we loved them just because those words were scarce in our life? Do we wish to continue to isolate ourselves because that is what we were used to? Do we want the long silences? Do we want the lonely evenings? Do we want the disconnection?

If our answer is OF COURSE NOT... then we can break out from an existence that does not allow us connection, unity and closeness with others. We need to recognize that love matters... and it begins with us. Clearly we have to become that which we want to see in our reality. So we have to be love in order for it to show up significantly in our lives.

If we want hugs, let us offer hugs to people. If we want cuddles and embraces, let us offer them to people in our lives. If we want kind words, let us give kind and loving words. If we want smiles and loving faces in our lives, we have to give out the smiles. If we want people to care about us, let us be caring. If we want people to include us in their lives, let us include others. If we want more friends, let us be a good friend.

OK so we might fear rejection... well, no one has the power to reject us. It is just that we cannot control the reaction of other people to us. But if we are not prepared to give love, how will we know if we are to get a loving response? If we are not prepared to offer love to those in our life can we expect a flow of loving appreciation to come in our direction? Of course not! What we give out, we get back!

Sure we might not get it back from the person we crave it from, but the universe will always send us loving people so that we can receive that which we are! We just have to be unlimited.

There is simply no limit to the amount of love or the amount of people we can love as we go about our day to day life. Let's us not restrict love to those from whom we feel we have a desperate need for reciprocation or return in order to feel good but let us give out as much love to as many people as possible! Let's give abundantly, so that we can receive abundantly.

Just how many loving thoughts can we think? Just how many smiles can we smile? Just how many kind words can we utter? Just how many loving sentences can we write? Just how many hugs, cuddles and embraces can we offer? Just how much can we care... help people... appreciate others?

Let us break the patterns of the past. let us establish patterns of love so that we can express our love without limit, just rejoicing in our love and not fixated on the outcome, trusting that the universe will always return to us that which we give out.

Our joy is in.... being love. Our being in love. Joy indeed. Call it bliss. So dear and wonderful friend... do open your heart, share what is going on for you on this subject or any subject. I love you.

Saat Memberi Saat Menerima

Saat engkau meneguhkan hati sahabatmu yang berada dalam ketakutan, sebenarnya engkau pun sedang menerima ketakutannya. Saat ketakutannya engkau terima, saat itulah juga, engkau mengganti ketakutannya dengan keberanianmu.

Saat isterimu mengandung anakmu, isterimu memberi makan janin itu lewat tali pusar dalam rahimnya; selama dalam kandungannya itulah, sebagai suami isteri, kalian sebenarnya menerima seorang manusia yang sudah pasrah total untuk diperlakukan apapun juga: mau serius dicintai, dirawat ataupun tidak! Itulah caranya seorang bayi dalam kandungan ibunya mencintai ibu dan ayahnya, bukan dengan memberi tapi menerima apapun perlakuan orang tuanya.

Saat engkau memberikan uang belanja kepada isterimu, saat itu jugalah engkau sebenarnya menerima kerendahan hati isterimu untuk diberi nafkah hidup.

Saat engkau merawat suami, isteri dan anak-anakmu yang sedang sakit, saat itulah juga engkau belajar menerima keterbatasan kesehatan mereka, sehingga engkaupun belajar kerepotan agar hidup tetap berlangsung.

Saat engkau marah kepada anak-anakmu, saat itu juga engkau menerima telinga anak-anakmu untuk mendengarkan kata-katamu dengan penuh kesabaran, walaupun menyakitkan sekalipun.

Saat engkau marah kepada pasangan hidupmu, dan karena itu dia diam, saat itu jugalah engkau menerima kesediaannya menerima kata-kata kasar, mungkin pedas, dan menyakitkan, sampai pasanganmu tidak sanggup untuk membalasnya.

Saat engkau dendam kepada orang serumah, sampai engkau tidak mau berbicara dengan mereka; saat-saat itulah engkau sebenarnya menerima kegelisahan mereka karena merasa tidak lagi dipercaya!

Saat engkau mengampuni pasangan hidupmu dan anak-anakmu setelah konflik akibat berbagai macam masalah, saat itu jugalah engkau menerima kegembiraan mereka karena masih dipercaya walaupun telah berbuat salah!

Saat engkau percaya pada saudaramu, bahkan menaruh harapan bahwa saudaramu dapat berkembang meski dia itu rapuh; saat itulah sebenarnya engkau menerima kerapuhannya menjadi milikmu, dan engkau memberikan harapanmu sehingga berkobar dalam hatinya!

Saat engkau memberi harapan kepada saudaramu, saat itu jugalah engkau melepaskan kacamata hitammu yang lama dan engkau mengganti dengan "kacamata baru" dari saudaramu. Saat itu jugalah engkau mengawali usaha untuk mengampuninya.

Saat Tuhan mengampunimu, saat itu jugalah engkau menerima kehendak bebas dari-Nya agar engkau merasa sungguh dipercaya untuk menentukan keputusanmu demi kepentingan- Nya, yakni kepentingan untuk mengasihi sesama seperti Ia mengasihi.

Saat engkau diampuni oleh Tuhan, saat itu pulalah dengan tulus, Tuhan menerima akibat dosa kita, agar hati kita ditukar dengan hati-Nya. Karena itu semoga hati kita tidak hanya menjadi seperti Hati Kristus yang mahakudus, melainkan akan "menjadi hati-Nya"!

Saat Kristus menjadi "jantung hati"-mu, saat itu jugalah Kristus menempatkan dirimu pada "Jantung Hati-Nya"

From: SSK

Belajar dari Buah Korma


Kita pasti tahu buah korma adalah buah yang manis yang asalnya dari daerah Timur Tengah. Korma adalah satu-satunya pohon buah yang dapat tumbuh di padang gurun dan menghasilkan buah yang manis pula. Tapi apakah kita tahu bagaimana proses pertumbuhan buah kurma pada saat mulai ditanam hingga menghasilkan buah?

Biji korma saat ditanam, tidak langsung ditimbun dengan pasir pada bagian atasnya, namun ditimbun dulu dengan batu-batu berat. Tujuannya apa? Yaitu agar biji korma tidak terbang terbawa angin. Saat biji korma mulai tumbuh, dia tumbuh ke bawah dahulu (akarnya) sampai mendapatkan air pada kedalaman tertentu, kemudian dia baru tumbuh ke atas dan mendobrak batu-batu berat yang menghimpitnya, sehingga akhirnya tumbuh besar dan menghasilkan buah korma yang manis.


Bagaimana kita bisa belajar dari proses berbuahnya buah kurma ?

Ketika Tuhan menciptakan kita dan memberikan hidup kita di dunia, maka saat itu sama seperti saat biji korma ditanam di padang pasir.

Saat Tuhan memberikan kehidupan, Tuhan tidak menjanjikan bahwa hidup kita akan selalu berjalan mulus dalama setiap proses, tapi sebaliknya ketika kita bertumbuh dari anak-anak kemudian remaja sampai kita dewasa itulah sebuah proses yang berat banyak yang harus kita lewati dan kita pelajari. Bahkan saat dewasa pun belum tentu kita lepas dari proses-proses kehidupan. Saat itu adalah saat dimana pohon korma ditimbun dengan batu-batu yang berat, saat dimana pohon korma bertumbuh menjadi akar hingga menemukan air hingga kedalaman tertentu.........saya yakin ketika kita membaca batu yang berat itu kita tidak sedang membayangkan batu kerikil yang bisa tersingkir karena angin kencang atau badai tetapi batu-batu besar yang akan menghimpit kita. Tapi saya yakin ketika Tuhan menaruh batu yang berat dan membuat kita terhimpit Tuhan tidak meninggalkan kita, Ia memberikan kita kesempatan untuk bertumbuh dengan kuat, memperhatikan dan tidak pernah melepaskan kita sehingga kita terus bertumbuh dan semakin kuat melebihi kekuatan-kekuatan batu besar yang menghimpit kita. sampai kita menemukan tujuan hidup kita (hingga menemukan air), saya yakin pada tahap ini kita sering merasakan yang namanya jatuh, letih dan kesukaran pernah kita alami, tapi inilah proses yang harus kita semua lalui untuk menjadi yang terbaik

Dengan kekuatan yang mengakar kita bertumbuh menjadi manusia (ciptaan-Nya) yang terbaik seperti yang Tuhan kehendaki sesuai dengan tujuan-Nya ketika Tuhan menciptakan kita...ya seperti saat buah kurma tumbuh besar keatas dan menghasilkan buah korma yang manis di tengah gersang dan panasnya udara padang pasir...